Total Tayangan Halaman

Minggu, 24 Juni 2012

MENGENDALIKAN PENYAKIT TUNGRO


Penyebab Penyakit dan Penularannya
Tungro disebabkan oleh dua jenis virus yang berbeda yaitu virus bentuk batang Rice Tungro Bacilliform Virus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice Tungro Spherical Virus (RTSV). Kedua jenis virus tersebut tidak memiliki kekerabatan serologi dan dapat menginfeksi tanaman secara bersama-sama. Virus tungro hanya ditularkan oleh wereng hijau (sebagai vektor) tidak terjadi multiplikasi dalam tubuh wereng dan tidak terbawa pada keturunananya. Sejumlah species wereng hijau dapat menularkan virus tungro, namun Nephotettix virescensmerupakan wereng hijau yang paling efisien sehingga perlu diwaspadai keberadaannya. Penularan virus tungro dapat terjadi apabila vektor memperoleh virus setelah mengisap tanaman yang terinfeksi virus kemudian berpindah dan mengisap tanaman sehat tanpa melalui periode laten dalam tubuh vektor.
Gejala Serangan
AKIBAT SERANGAN TUNGRO
Secara morfologis tanaman padi yang tertular virus tungro menjadi kerdil, daun berwarna kuning sampai kuning jingga disertai bercak-bercak berwarna coklat. Perubahan warna daun di mulai dari ujung, meluas ke bagian pangkal. Jumlah anakan sedikit dan sebagian besar gabah hampa. Infeksi virus tungro juga menurunkan jumlah malai per rumpun, malai pendek sehingga jumlah gabah per malai rendah. Serangan yang terjadi pada tanaman yang telah mengeluarkan malai umumnya tidak menimbulkan kerusakan fatal.
Tinggi rendahnya intensitas serangan tungro ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya: ketersediaan sumber inokulum (tanaman terserang), adanya vektor (penular), adanya varietas peka dan kondisi lingkungan yang memungkinkan, namun keberadaan vektor yang mengandung virus adalah faktor terpenting. Intensitas penyakit tungro juga dipengaruhi oleh tingkat ketahanan varietas dan stadia tanaman. Tanaman stadia muda, sumber inokulum tersedia dan populasi vektor tinggi akan menyebabkan tingginya intensitas serangan tungro. Ledakan tungro biasanya terjadi dari sumber infeksi yang berkembang pada pertanaman yang tidak serempak.
Pengendalian penyakit
Pada prinsipnya penyakit tungro tidak dapat dikendalikan secara langsung artinya, tanaman yang telah terserang tidak dapat disembuhkan. Pengendalian bertujuan untuk mencegah dan meluasnya serangan serta menekan populasi wereng hijau yang menularkan penyakit. Mengingat banyaknya faktor yang berpengaruh pada terjadinya serangan dan intensitas serangan, serta untuk mencapai efektivitas dan efisiensi, upaya pengedalian harus dilakukan secara terpadu yang meliputi :
1. Waktu tanam tepat
Waktu tanam harus disesuaikan dengan pola fluktuasi populasi wereng hijau yang sering terjadi pada bulan-bulan tertentu. Waktu tanam diupayakan agar pada saat terjadinya puncak populasi, tanaman sudah memasuki fase generatif (berumur 55 hari atau lebih). Karena serangan yang terjadi setelah masuk fase tersebut tidak menimbulkan kerusakan yang berarti.
2. Tanam serempak
Upaya menanam tepat waktu tidak efektif apabila tidak dilakukan secara serempak. Penanaman tidak serempak menjamin ketersediaan inang dalam rentang waktu yang panjang bagi perkembangan virus tungro, sedangkan bertanam serempak akan memutus siklus hidup wereng hijau dan keberadaan sumber inokulum. Penularan tungro tidak akan terjadi apabila tidak tersedia sumber inokulum walaupun ditemukan wereng hijau, sebaliknya walaupun populasi wereng hijau rendah akan terjadi penularan apabila tersedia sumber inokulum.
3. Menanam varietas tahan
Menanam varietas tahan merupakan komponen penting dalam pengendalian penyakit tungro.Varietas tahan artinya mampu mempertahankan diri dari infeksi virus dan atau penularan virus oleh wereng hijau. Walaupun terserang, varietas tahan tidak menunjukkan kerusakan fatal, sehingga dapat menghasilkan secara normal.  Sejumlah varietas Inpari yang baru dilepas juga dinyatakan tahan tungro. 
4. Memusnahkan (eradikasi) tanaman terserang
Memusnahkan tanaman terserang merupakan tindakan yang harus dilakukan untuk menghilangkan sumber inokulum sehingga tidak tersedia sumber penularan. Eradikasi harus dilakukan sesegera mungkin setelah ada gejala serangan dengan cara mencabut seluruh tanaman sakit kemudian dibenamkan dalam tanah atau dibakar. Pada umumnya petani tidak bersedia melakukan eradikasi karena mengira penyakit bisa disembuhkan dan kurang memahami proses penularan penyakit. Untuk efektifitas upaya pengendlian, eradikasi mesti dilakukan diseluruh areal dengan tanaman terinfeksi, eradikasi yang tidak menyeluruh berarti menyisakan sumber inokulum.
5. Pemupukan N yang tepat
Pemupukan N berlebihan menyebab-kan tanaman menjadi lemah, mudah terserang wereng hijau sehingga memudahkan terjadi inveksi tungro, karena itu penggunaan pupuk N harus berdasarkan pengamatan dengan Bagan Warna Daun (BWD) untuk mengetahui waktu pemupukan yang paling tepat. Dengan BWD, pemberian pupuk N secara berangsur-angsur sesuai kebutuhan tanaman sehingga tanaman tidak akan menyerap N secara berlebihan.
6. Penggunaan pestisida
Penggunaan pestisida dalam mengendalikan tungro bertujuan untuk eradikasi wereng hijau pada pertanaman yang telah tertular tungro agar tidak menyebar ke pertanaman lain dan mencegah terjadinya infeksi virus pada tanaman sehat. Penggunaan insektisida botanik  lebih efektif mencegah penularan tungro. Mengingat infeksi virus dapat terjadi sejak di pesemaian, sebaiknya pencegahan dilakukan dengan antara lain tidak membuat pesemaian di sekitar lampu untuk menghindari berkumpulnya wereng hijau di pesemaian dan menggunakan insektisida botanik NATUCIDE 100 EC ternyata cukup efektif. Insesektisida hanya efektif menekan populasi wereng hijau pada pertanaman padi yang menerapkan pola tanam serempak. Karena itu pengendalian penyakit tungro yang sangat berbahaya akan berhasil apabila dilakukan secara bersama-sama dalam hamparan relatif luas, utamakan pencegahan melalui pengelolaan tanaman yang tepat (PTT) untuk memperoleh tanaman yang sehat sehinga mampu bertahan dari ancaman hama dan penyakit. 

Senin, 14 Mei 2012

TEKHNIK MEMULIHKAN TANAMAN CABAI PASCA SERANGAN THRIP'S DAN TUNGAU

Serangan trip's dan tungau yang parah bsa menyebabkan tanaman cabai mati pucuk ( berwarna kecoklatan ) dan daun menjadi rontok atau gundul bagian pucuk.Dan bila tak di atasidengan cepat menyebabkan pertumbuhan tanaman bisa mati dan gagal produksi.
Cara pemulihannya dg tekhnik dari BMA sebagai berikut ;
1. Semprot tanaman menggunakan biagro 60 ec dan natucide 100 ec yang di mix dengan agropos dan primarin B serta tambahkan gibraco dengan dosisi sesuai yang tertera di label.
2. Penyemprotan untuk masa pengobatan 3 hari sekali sebanyak 4 kali berturut-turut atau 12 hari di semprot 4 kali tanpa putus.

3. Penyemprotan paling baik di lakukan sore hari
4. Setelah tanaman mulai pulih dan thrip's sudah terkendali penyemprotan bisa di lakukan 7 hari sekali menggunakan agropos dan primarin B
5. Pada penyemprotan pengobatan usahakan berbentuk kabut.setelah hama terkendali penyemrpotan berikutnya lebih besar butiran airnya.

Kamis, 03 Mei 2012

TEKHNIK MENGENDALIKAN PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG

A. Pengolahan Lahan 
Pengolahan tanah diajurkan tanah jangan terlalu basah cenderung kering. Sebaiknya tanah dibajak dan digaru, juga buat saluran air.
Bila tidak sempat ada pengolahan tanah dan waktunya mendesak cukup pengolahan barisan yang akan ditanami sedalam 15-20 cm.
Pada saat sebelum olah tanah beri / taburkan :
• Pupuk organik / Bokashi : 3 kw / 1400 M2 atau 
: 2,0 ton / Ha
• Kapur pertanian / Dolomik : 2,5 kw / 1400 M2 atau 
: 17,5 ton / Ha
Tujuan dari pupuk organik dan kapur pertanian diberikan sebelum olah lahan adalah agar bisa tercampur merata pada saat tanah diolah.

B. Persiapan Benih 
Sebelum benih ditanam diadakan treatment terlebih dahulu terutama untuk pengendalian penyakit bulai yaiu dengan cara :
• Rendam benih dengan Fungidore 50 EC dengan dosis 0,5 ml / lt selama 10 menit.
• Setelah itu tiriskan atau kering anginkan
• Jarak tanam :
Jika umur tanaman : 80-90 hari = 75 x 20 cm 1 bj/lubang
70-80 hari = 50 x 20 cm 1 bj/lubang
• Kedalaman lubang tanam bervariasi antara 2,5 – 5 cm. tergantung pada kondisi tanah, pada tanah yang kering penempatan benih lebih dalam

C. Pemupukan 
• Teknik pemberian pupuk yaitu dengan cara membenamkan kedalam tanah agar hasil lebih maximal, karena apabila pupuk diletakkan diatas tanah banyak unsur yang mengalami penguapan.
• Letakkan pupuk ± 5 cm disamping lubang benih.

Dosis dan waktu pemupukan
Luas lahan 0,14 ha (100 ru)

1.10 Hst 15 kg urea,15 kg SP36, 7 kg KCL
2.25 Hst 25 kg PONSKA
3.35 Hst 25 kg Urea, 5kg KCL


D. Pemupukan Semprot
• Pupuk semprot diaplikasikan mulai awal tumbuh ± 5 Hst.
• Pupuk yang digunakan :
 Fungidor 50 EC dosis : 1 tutup/ 1 tangki 14 lt.
 Agrophos : 2 tutup/ 1 tangki 14 lt.
• Penyemprotan dilakukan secara rutin setiap seminggu sekali sampai umur 35 hst.
• Setelah umur 35 hst. Penyemprotan dilanjutkan dengan :
 Agrophos : 2 tutup/ 1 tangki 14 lt.
 Primavit : 2 tutup/ 1 tangki 14 lt.

E. Pengairan 
Agar distribusi air lebih efektif ke tanaman buat saluran air diantara barisan tanaman, selama masa pertumbuhan, tanaman jagung memerlukan pengairan yang cukup. Lahan irigasi dengan sumber air terbatas dan lahan sawah tadah hujan pada musim kemarau memerlukan pengairan hingga mencapai kapasitas lapang sebanyak empat kali yaitu pada umur :
 15 hst
 30 hst
 45 hst
 60 hst

F. Perawatan 
• Tanaman umur 25-30 hst.
 Lakukan penyiangan gulma secara rutin dan lebih baik hindari penggunaan herbisida
 Lakukan pemupukan susulan yang kedua 
 Lakukan pembumbunan untuk memperkuat perakaran dan memperkokoh tegaknya batang
 Bila timbul gejala serangan HPT (Hama Penyakit Tanaman) gunakan pestisida yang tepat dan aman sesuai anjuran petugas lapang.
• Tanaman umur 35-45 hst.
 Lakukan pemupukan susulan yang ketiga (tutupan).
 Lakukan pembumbunan ulang sampai pupuk yang diaplikasikan dan akar semu tertutup.
 Berikan pengairan lebih banyak pada saat pembungaan dan pengisian biji
 Lakukan penyiangan gulma

Sabtu, 10 Maret 2012

CARA MEMBUAT DEKOMPOSER DENGAN MURAH MERIAH


Cara untuk mengumpulkan organisme mikro yang murah meriah untuk mempercepat pembuatan kompos :
 1. Masak beras putih sedikit keras (air sedikit dikurangi.
2. Setelah nasi tersedia, letakkan dalam wadah kayu atau plastik dengan ketebalan tidak lebih dari 7 cm. Bila terlalu tebal, organisme mikro akan kekurangan oksigen.
3. Tutupi nasi tersebut dengan kertas (jangan menggunakan kain karena dapat menyerap air).
3. Kuburkan nasi tersebut di bawah pohon bambu dan tutupi dengan plastik agar tidak kehujanan dan tutupi juga dengan kawat kasa agar tidak dimakan tikus.
4. Biarkan selama 3 hari

Cara penggunaan.
1. Campurkan nasi tersebut dengan gula coklat denga perbandingan 1 : 1. Peras campuran tersebut hingga ada cairan lengket yang keluar. Cairan inilah yang digunakan.
2. Simpan dalam wadah dan letakkan dalam tempat sejuk dan terlindung dari sinar matahari selama 3 hari.
4. Campurlah cairan ini dengan air dengan perbandingan 1 : 1000 (satu banding seribu) 5.Campurlah air tersebut dengan dedak padi sehingga mempunyai kelembaban 50% (bila dedak sudah dapat dikepal dan membentuk bola berarti kelembaban sudah cukup).
6. Tutupi campuran dedak ini dengan jerami padi setebal 1 cm.
7. Biarkan selama 7 s/d 10 hari. Setelah itu bisa digunakan untuk mempercepat pembuatan kompos dan pelapukan sisa tanaman Cara penggunaan: Sebarkan dan campurkan bahan tersebut apda bahan kompos yang akan dibuat.

Jumat, 09 Maret 2012

REAKSI JERAMI PADI PADA TANAH SAWAH


Jerami padi mengandung sekitar 40% c dan mudah di rombak,secara biologis merupakan subtrat untuk pertumbuhan mikroorganisme tanah. Jerami yang di benamkan kedalam tanah makan akan segera terjadi berbagai reaksi biokimia sepertireduksi tanah yang berkaitan dengan perubahan kimia listrik,imobilisasi dan fiksasi N,produksi asam-asam organik,dan pelepasan gas co2,ch4 c2h4 dan h2s ( yoshida 1978 ) proses tersebut secara langsung maupun tak langsung memepengaruhi ketersedian dan penyerapan hara oleh tanaman.
Pembenaman jerami kedalam tanah dapat mempercepat dan mengintesnsifkan kondisi reduktif tanah,menaikan PH dan daya hantar listrik tanah masam. Dengan berubahnya kimia listrik tanah terjadi kenaikan konsentrasi Fe,Mn, NH4 dan K,asam-asam organik,zat-zat tereduksi dan co2 dalam larutan tanah. Untuk menghindari pengaruh buruk perendaman jerami pada tanah berpasir di perlukan waktu kurang lebih 1 bulan sebelum bibit tanaman padi di tanam.
Namun pemberian jerami padi beserta pupuk hijau lainnya pada tanah masam akan mempercepat proses reduksi dan menaikkan PH tanah,sehingga konsentrasi Fe menurun dan mengurangi keracunan fe pada tanaman padi diatasnya.puncak konsentrasi Fe,MN dan CO2 larut air terjadi bila pembenaman kurang dari 3 minggu. 
Jerami padi yang di benamkan ketanah sawah pada awalnya akan mengimobilisasi N tersedia di tanah,kondisi ini sering menyebabkan tanaman muda tampak kekuning-kuningan dan ini bersifat sementara dan pengaruh pada tanah sawah lebih kecil di banding di tanah kering.
Untuk menghindari pengaruh negatif pembenaman jerami padi di tanah maka sebaiknya :
1. Takaran pupuk N perlu di tambah dari biasanya.
2. Jerami hanya di berikan sekitar 1.5 ton / ha.
3. Kapur dolomit di berikan sebelum pengolahan tanah.
4. Bibit di tanam pada umur 15 hari setelah pembenaman jerami.
Penammbahan jerami padi dapat dapat mengaktifkan fiksasi N baik pada tanah basah maupun tergenang.dan bila di tambah dengan urea pembenaman jerami di tanah tergenang akan meningkatkan bakteri aerobik penambat N dari udara.
dekomposisi jerami dalam tanah secara anaerobik menghasilkan asam-asam lemak dan fenol yg mudah menguap.temperatur yang rendah dan tanah masam sangat cocok untok produksi dan terkonsentrasinya asam-asam lemah.Pada temperatur di atas 30 'c asam-asam tersebut dapat lenyap setelah 2-3 minggu setelah pembenaman.
Ditanah sawah berdrainase buruk cenderung terjadi peningkatan bahan-bahan organik,tanah semacam ini cenderung memiliki kandungan bahan organik tinggi dari pada tanah berdrainase baik,namun ini bukan berarti mencerminkan kesuburan tanah,karena tanah berdrainase buruk keceptan dekomposisi berjalan lebih lambat sehingga kesuburan tanah relatif berkurang.
pada tanah sawah pemberian jerami sangat kecil pengaruhnya pada hasil padi,tetapi berpengaruh baik pada tanaman palawija yang di tanam di musim berikutnya.
pada tanah yang kahat ( kekurangan ) K dan Si pembenaman jerami akan menaikan hasil padi ( mo dan qian 1981 )

Selasa, 06 Maret 2012

MENGENDALIKAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI ( KRESEK ) DI TANAMAN PADI


 Penyakit kresek pada tanaman padi atau hawar daun bakteri di sebabkan oleh bakteriXANTHOMONAS ORYCAE .Tetapi kebanyakan petani mengira ini adalah penyakit yg di sebabkan oleh cendawan sehingga waktu menyemprot menggunakan fungisida,bahkan di kampung-kampung yg masih rendah sdmnya mengatakan ini sudah biasa ada pada tanaman padi.
Penyakit kresek ini sebenarnya bisa di cegah dan di kendalikan dg budidaya secara sehat dan ramah lingkungan,penggunaan pupuk kandang dan jarak tanam yang renggang akan lebh mudah pengendalian dan pencegahannya. Jarak tanam yg rapat dapat menyebabkan kelembabpan sekitar tanaman meningkat sehingga dapat memicu bakteri xanthomonas berkembang lbh cepat.Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengendalian penyakit kresek / hawar daun bakteri :
KRESEK
1. gunakan varietas unggul yang tahan penyakit hawar daun bakteri,seperti inpari,mekongga.
2. Varietas hibrida tidak tahan alias rentan serangan penyakit ini.
3. jarak tanam yg renggang akan mengurangi serangan penykit ini,spt menggunakan jarak tanam 30x15x50 cm atau 22 x 15 x 40 cm.
4. hindari pemakian urea berlebih pada saat pemupukan.
5. Tambahkan pupuk kalium tinggi dan CALSIUM pada saat pemupukan.
6. Tambahkan pupuk MIKRO DG DI semprot minimal 4 kali dan usahakan yg kandungan ZN , CU, MO  tinggi.
7. penyemprotan tindakan preventif dapat menggunakan mikocide 70 wsc dengan dosis 1ml/lt dan penyemprotan kuratif dengan dosis 2 ml / lt.
8. perlakuan benih menggunakan bakteri khorin pd saat perendaman (bisa dbarengkan dg PGPR & POC yang mengandung giberelin).
9. pencelupan akar pd bibit padi yang akan di pindah tanamkan dg PGPR
10. penyemprotan bakteri khorin pd umur 20 & 40 hst

MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( PYIRUCULARIA GRACIAE )

Blast
Blast(pyirucularia graciae) dapat menyerang tanaman padi pada semua fasse pertumbuhan selain daun jg dapat menyerang batang dan tangkai malai. gejalanya spt bercak berbentuk ketupat terbelah,bagian tengah melebar dan runcing di kedua ujungnya.
Pusat bercak berwarna kelabu dan mempunyai tepian berwarna cokelat hingga coklat kemerahan. Gejala yg paling mudah terlihat dan paling khas dari penyakit ini adalah busuknya ujung tangkai malai yang biasa di sebut busuk leher .Tangkai malai yang busuk mudah sekali patah dan menyebabkan gabah hampa.


pengendaliannya:
A,Preventif 
tindakan pencegahan dapat di lakukan sejak awal dengan pola pemupukan melalui semprot atau foliar. pupuk yang di gunakan adalah pupuk mikro yang mengandung unsur Mn, Zn, Mg,Mo, dan Asam amino ( primavit ) yang berkonsentrasi tinggi.
penggunaan pupuk mikro yg berkonsentrasi tinggi dapat mencegah dan mematikan bibit cendawan di awal penetrasi dengan dosis 3 ml per liter.
B.Kuratif
1. rendam benih sblm di tebar dg fungisida fungidor 50 ec. 
2. gunakan varietas yg tahan scr bergantian,
3. hindari pemupukan dg nitrogen tinggi,
4 wktu tanam yg tepat sehingga wakt berbunga tak banak hujan dan embun,
5. bila pada masa pembungaan byk hujan dan embun di pagi hari semprot dg air dai tambah dg penenmbus yg bersifat netral dan translaminar,
6. bila ada serangan gejala blas semprot dg fungisida fungidor dg dosis 2ml/lt atau 28 ml/ tangki 14 lt.
7. Bila situasi memaksa dan serangan sangat parah fungidor dapat di mix dengan pupuk primavit.